Senin, 25 November 2024.
Teaching Factory (Tefa) merupakan salah satu kategori dari SMK AWARDS 2024. Penting diberikan karena sebagai bentuk apresiasi sekolah untuk menunjukkan proses pembelajaran disekolah. Teaching Factory (Tefa) merupakan model pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mengintegrasikan proses pembelajaran dengan produksi nyata di dunia usaha atau industri. Konsep ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara teori yang diajarkan di sekolah dan kebutuhan nyata di dunia kerja. Dalam Teaching Factory, peserta didik dapat terlibat langsung dalam proses produksi yang menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan standar industri meski diakui membutuhkan proses yang tidak mudah.
Dasar pelaksanaannya, Teaching Factory (Tefa) di SMK diatur dalam sejumlah kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, memperkuat kolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), serta menghasilkan lulusan SMK yang kompeten dan siap kerja.
Kebijakan tersebut diantaranya :
1 . Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK
- Menginstruksikan kepada berbagai kementerian untuk mendukung peningkatan kualitas SMK, termasuk pengembangan Teaching Factory sebagai metode pembelajaran berbasis industri.
- Mendorong sinergi antara SMK dan dunia usaha/dunia industri (DUDI) untuk memperkuat kompetensi siswa.
2. Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan SMK/MAK
- Menetapkan bahwa SMK harus memenuhi standar kompetensi lulusan yang berorientasi pada dunia kerja, salah satunya melalui implementasi Teaching Factory.
- Menekankan perlunya proses pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dan kolaborasi dengan industri.
3. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
- Mengarahkan pembelajaran di SMK pada model pembelajaran yang kontekstual dan berbasis pada dunia kerja, seperti Teaching Factory.
4. Permendikbud Nomor 11 Tahun 2022 tentang SMK Pusat Keunggulan
- Mengintegrasikan Teaching Factory sebagai salah satu program unggulan untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan vokasi.
- Mengarahkan SMK menjadi pusat pelatihan kerja berbasis produksi nyata dengan standar industri.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
- Mendorong SMK untuk menyelaraskan pembelajaran dengan SKKNI, yang menjadi acuan dalam pelaksanaan Teaching Factory.
Dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut, semua SMK diharapkan mampu melaksanakan teaching factory dengan benar dengan tujuan :
- Meningkatkan Kompetensi Siswa
Membekali siswa dengan keterampilan yang relevan dan siap digunakan di dunia kerja. - Mengurangi Gap Kompetensi
Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan industri sehingga siswa lebih siap kerja. - Meningkatkan Daya Saing Lulusan SMK
Dengan pengalaman nyata, siswa lebih kompetitif di pasar tenaga kerja. - Membangun Jiwa Kewirausahaan
Siswa diajarkan bagaimana mengelola produksi dan pemasaran produk atau jasa, sehingga memiliki potensi untuk berwirausaha.
Didalam pelaksanaan di sekolah, Teaching Factory mempunyai ciri sebagai berikut:
- Berbasis Produk atau Jasa Nyata
Proses pembelajaran berfokus pada pembuatan produk atau penyediaan jasa yang memiliki nilai jual dan kualitas yang sesuai standar industri. - Kolaborasi dengan Industri
Teaching Factory melibatkan kerja sama antara SMK dan mitra industri untuk memastikan relevansi materi pembelajaran dengan kebutuhan pasar kerja. - Standar Industri
Semua proses pembelajaran menggunakan alat, bahan, dan metode yang sesuai dengan standar yang digunakan di dunia kerja. - Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Siswa belajar melalui proyek yang menuntut keterampilan teknis, manajerial, dan kerja tim. - Lingkungan Kerja Nyata
SMK menciptakan suasana seperti di industri, sehingga siswa dapat merasakan pengalaman bekerja di dunia nyata.
Pengelolaan Teaching Factory di SMK tentunya memiliki tantangan yang cukup kompleks, baik dari aspek internal sekolah maupun eksternal terkait kolaborasi dengan industri dan masyarakat. Beberapa Kendala dalam implementasi teaching factory diantanya sebagai berikut:
1. Keterbatasan Sarana dan Prasarana
- Fasilitas yang Tidak Memadai: Banyak SMK yang belum memiliki peralatan dan fasilitas sesuai standar industri, sehingga sulit menciptakan proses produksi yang realistis.
- Keterbatasan Dana: Pengadaan peralatan dan bahan produksi membutuhkan investasi besar, sementara alokasi dana sekolah sering kali terbatas.
2. Kurangnya Kompetensi Guru
- Keterbatasan Penguasaan Teknologi: Sebagian guru belum menguasai teknologi terkini yang digunakan di dunia industri.
- Minim Pelatihan: Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola teaching factory sering kali terbatas karena faktor biaya atau kurangnya dukungan.
3. Kesulitan dalam Kerja Sama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)
- Kurangnya Mitra Industri: Tidak semua SMK memiliki akses ke mitra industri yang dapat memberikan bimbingan, pendampingan, atau dukungan.
- Perbedaan Ekspektasi: Dunia industri sering kali mengharapkan hasil yang cepat dan efisien, sementara SMK masih dalam proses pembelajaran.
4. Keterbatasan Manajemen dan Sumber Daya
- Manajemen yang Kurang Optimal: Banyak SMK belum memiliki sistem manajemen yang kuat untuk mengelola teaching factory, baik dari sisi operasional maupun keuangan.
- Keterbatasan SDM: Kurangnya tenaga profesional yang mampu mendampingi siswa dalam proses produksi.
5. Keterbatasan Pasar untuk Produk Tefa
- Persaingan Pasar: Produk atau jasa yang dihasilkan siswa teaching factory sering kali sulit bersaing dengan produk komersial lainnya.
- Minim Strategi Pemasaran: SMK sering mengalami kesulitan dalam memasarkan produk hasil teaching factory karena kurangnya pengalaman dalam strategi pemasaran.
6. Tantangan dalam Motivasi dan Disiplin Siswa
- Minimnya Etos Kerja: Beberapa siswa kurang memiliki motivasi untuk mengikuti proses dalam teaching factory.
- Kurang Pemahaman Pentingnya teaching factory: Siswa terkadang belum memahami manfaat jangka panjang dari keterlibatan mereka dalam Teaching Factory.
Solusi yang Dapat Diterapkan
Untuk mengatasi kendala tersebut, beberapa langkah yang dapat dilakukan sekolah antara lain:
- Meningkatkan Kolaborasi dengan Industri
- Pelatihan Guru secara Berkala harus diterapkan.
- Peningkatan Sarana dan Prasarana sekolah
- Peningkatan Manajemen teaching factory.
- Dukungan Kebijakan pemerintah daerah.
Dengan mengatasi kendala ini, diharapkan Teaching Factory dapat berjalan lebih optimal dan memberikan manfaat maksimal bagi siswa, sekolah, dan industri.
Terima kasih ibu/bapak guru , kepala sekolah, pengawas sekolah untuk kinerjanya
Dr. Drs. Edy Purwanto, MM/Kabid PSMK Disdik Jabar
Sumber berita : psmk.jabarprov.go.id/