Erick Thohir Tegaskan Era Shin Tae-yong Telah Usai: Timnas Indonesia Butuh Paradigma Baru!

Wapenja.com/Jakarta – Dalam sebuah konferensi pers yang berlangsung di Jakarta, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyampaikan pernyataan tegas yang menandai titik balik dalam arah kebijakan sepak bola nasional. Ia menyatakan bahwa era kepelatihan Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert telah berakhir, dan Indonesia harus berani membuka lembaran baru dalam membangun tim nasional.

“STY dan Patrick sudah masa lalu. Jadi kami harus melangkah ke depan, mencari pelatih baru dengan melihat kelebihan dan kekurangan mereka,” ujar Erick Thohir.

Pernyataan ini muncul di tengah kekosongan kursi pelatih kepala timnas Indonesia, menyusul kegagalan Patrick Kluivert membawa skuad Garuda lolos ke Piala Dunia 2026. Meski Shin Tae-yong telah resmi berpisah sejak awal tahun, gelombang nostalgia dari para suporter terus menyeruak, menginginkan kembalinya pelatih asal Korea Selatan itu yang pernah membawa Indonesia ke semifinal Piala Asia U-23.

Baca Juga  Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Olimpiade: Harga Politik Identitas di Panggung Global

Namun Erick menolak wacana tersebut secara terbuka. Ia menekankan bahwa PSSI tidak akan terjebak pada romantisme masa lalu, melainkan fokus pada pembangunan sistem yang lebih berkelanjutan. Tantangan terbesar, menurutnya, adalah meyakinkan pelatih-pelatih kelas dunia untuk bergabung dengan timnas Indonesia yang masih berada di luar 100 besar peringkat FIFA.

“Ranking kita masih rendah, jadi tidak mudah meyakinkan mereka,” tambah Erick, yang juga menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga.

Baca Juga  SMAN 11 Bandung Sukses Gelar Festival Pelajaran Muslim (Felamus) 2025.

PSSI, lanjut Erick, tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah federasi dan agen pelatih internasional untuk merancang program jangka panjang yang tidak hanya berorientasi pada hasil instan, tetapi juga pembinaan usia muda, infrastruktur, dan mentalitas kompetitif.

Langkah ini menandai pergeseran paradigma dari pendekatan berbasis figur pelatih ke pendekatan sistemik yang lebih menyeluruh. Meski belum ada nama yang disebut sebagai kandidat kuat, Erick menegaskan bahwa proses seleksi akan mempertimbangkan rekam jejak, filosofi permainan, dan kemampuan membangun ekosistem sepak bola yang sehat.