Fantastis! Tunjangan dan Gaji Anggota DPR RI Capai Lebih dari Rp100 Juta per Bulan

Wapenja.com – Pendapatan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) kembali menjadi sorotan publik. Berdasarkan data resmi dan pernyataan dari Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir, total penghasilan bulanan anggota DPR kini bisa mencapai lebih dari Rp104 juta, berkat kenaikan sejumlah tunjangan.

Rincian Pendapatan

Meski gaji pokok anggota DPR tidak mengalami kenaikan selama 15 tahun terakhir, berbagai tunjangan mengalami lonjakan signifikan:

Komponen Pendapatan Nilai Per Bulan
Gaji Pokok Rp 4.200.000
Tunjangan Jabatan Rp 9.700.000
Tunjangan Rumah (baru) Rp 50.000.000
Tunjangan Beras Rp 12.000.000
Tunjangan Bensin Rp 7.000.000
Tunjangan Komunikasi Intensif Rp 15.554.000
Tunjangan Kehormatan Rp 5.580.000
Tunjangan Pengawasan & Anggaran Rp 3.750.000
Bantuan Listrik & Telepon Rp 7.700.000
Asisten Anggota Rp 2.250.000
Total Estimasi Rp 104.142.173
Baca Juga  Sesi Tahunan AALCO ke-61 di Indonesia akan Bahas Isu Hukum kepentingan Asia dan Afrika

Selain itu, anggota DPR juga menerima fasilitas kredit mobil sebesar Rp70 juta per periode.

Reaksi Publik dan Sorotan

Kenaikan tunjangan ini memicu perdebatan di media sosial dan ruang publik. Banyak pihak mempertanyakan relevansi dan keadilan anggaran, terutama jika dibandingkan dengan profesi strategis lain seperti guru dan tenaga kesehatan.

“Gaji pokoknya memang tidak naik, tapi tunjangan-tunjangan ini membuat total pendapatan sangat tinggi,” ujar Adies Kadir dalam konferensi pers di Kompleks Parlemen.

Transparansi dan Akuntabilitas

Ketentuan mengenai gaji dan tunjangan DPR RI diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2000 dan diperkuat oleh Surat Menteri Keuangan Nomor S-520/MK.02/2015. Namun, sejumlah pengamat menilai bahwa sistem remunerasi perlu dikaji ulang agar lebih berbasis kinerja dan transparansi.

Baca Juga  Kemendagri Dorong Pemerintah Daerah se-Provinsi Jawa Tengah dalam Penyusunan Rencana Aksi Penerapan SPM

Angka tersebut belum termasuk fasilitas kendaraan dinas, perjalanan luar kota, dan dana aspirasi yang bisa menambah pendapatan secara signifikan.

Sorotan Publik dan Kritik

Sejumlah pengamat menilai bahwa besarnya pendapatan anggota DPR RI tidak sebanding dengan kinerja legislatif yang kerap disorot karena absensi tinggi, minimnya produk legislasi, dan rendahnya transparansi. Di sisi lain, profesi seperti guru, tenaga kesehatan, dan aparat penegak hukum masih menghadapi tantangan kesejahteraan.

“Ini bukan sekadar soal angka, tapi soal prioritas negara dalam mensejahterakan rakyatnya,” ujar seorang pengamat kebijakan publik.

Transparansi dan Reformasi

Baca Juga  Tingkatkan Sinergitas Dan Integritas, Pangdam IX/Udayana Dengan Kapolda Bali Menandatangani MoU

Desakan terhadap transparansi anggaran dan reformasi tunjangan DPR terus bergema. Beberapa organisasi masyarakat sipil mendorong agar sistem remunerasi pejabat publik dikaji ulang, dengan mempertimbangkan indikator kinerja dan kontribusi terhadap pembangunan nasional.***