Wapenja.com/Pandeglang – Pada tanggal 13 Agustus 2023 lalu, Markas Komando (Mako) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Paguron Jalak Banten Nusantara (PJBN) kedatangan Keluarga Besar Alm. KH. Gojali Bulkis atau biasa dipanggil “Gojali Buntung” yang merupakan Pejuang Berani Mati pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Almarhum juga merupakan tokoh kharismatik yang memiliki riwayat heroik dalam perjuangan ditanah Banten, khususnya daerah Pandeglang. Salah satu bukti adalah dengan di dirikannya Tugu Pasukan Sancang Lodaya Sektor 15, karena dilokasi tersebut terkubur lengan Alm. KH. Gozali Bulkis yang terputus karena menahan tembakan mortir dan meledak di tangannya ketika melawan pasukan Belanda yang sekarang dalam kondisi tidak terawat.
Keluarga besar KH. Gozali Buntung, yang diwakili putri Bungsu Euis Gojali mengutarakan kesedihan dan keprihatinannya kepada Abah KH. Tb. Sangadiah, MA atau biasa dipanggil Abah Sepuh agar Tugu Perjuangan Sancang Lodaya Sektor 15 agar dirawat dan diperbaiki, “kami yakin di bawah pengawasan Abah Sepuh akan mendapat perlakuan dan tempat yang layak sebagaimana mestinya sebuah monument perjuangan,” ungkap Eus gojali.
Sementara itu Ketua Pengurus Harian DPP PJBN Hj. Ratu Ageng Rekawati KD, SE., ME yang juga sebagai Tokoh Muda Penggiat Seni Budaya sering berpesan di setiap sambutannya tentang pentingnya generasi muda memahami dan mengerti apa itu Jasmerah serta keseriusannya dalam mengangkat Marwah leluhur.
“Saya sangat bangga ternyata di Pandeglang kita memiliki Sosok KH. Gojali Buntung seorang Penjang Berani Mati untuk mengusir Penjajah Belanda , maka sudah seharusnya beliau mendapatkan “Tempat Istimewa” di masyarakat Pandeglang dan ingat, generasi muda saat ini harus tau perjuangan pendahulunya,” ujar Hj. Ratu Ageng Rekawati KD.
“Berbanggalah sebagai warga Pandeglang yang memiliki kisah para perjuangan yang berani mati saat mengusir Belanda, apalagi sejarahnya di abadikan dalam sebuah tugu monumen yang diberi nama Pasukan Sancang Lodaya Sektor 15,” imbuhnya.
Abah KH. Tb. Sangadiah bercerita tentang asal usul Tugu yang terletak di pertigaan Mengger, Kabupaten Pandeglang, Banten. “Menurut catatan sejarah, tugu tersebut dibangun pada tahun 70-an untuk mengenang pertempuran para pasukan berani mati yang dipimpin oleh TB. Ahmad Ghozali. Tokoh kharismatik yang lebih akrab dikenal dengan sebutan “Gojali Buntung” ini berhasil mengusir Belanda pada tahun 1949 berbarengan saat adanya Agresi Militer II di Indonesia,” papar Abah Sepuh.
Lanjutnya, “Dilihat dari posisinya, tugu ‘Gojali Buntung’ menghadap langsung ke arah Labuan. Posisinya yang berada di atas ini menggambarkan cara para pejuang untuk mengintai Belanda yang sewaktu-waktu datang ke Pandeglang.”
“Kata orang tua saya filosofinya begitu. Jadi bisa kelihatan kalau ada pasukan Belanda yang datang dari arah Serang, Labuan atau dari Mandalawangi, mereka nanti langsung siap-siap menyerang,” sambung Euis Gojali.
kemudian melanjutkan ceritanya, asalnya, Gojali Buntung dan pasukannya hanya mengandalkan bambu runcing saat berperang melawan Belanda hingga mampu mengusirnya dari wilayah tersebut.
“Dulu di sini (di lokasi Tugu Gojali Buntung) katanya pernah ada pertempuran sama Belanda, pasukannya Pak Gojali cuma pakai tombak dari bambu doang. Tapi waktu itu bisa ngusir Belanda, mobil sama senjatanya bahkan dirampas. Makanya dibangun tugu sebagai penghormatan,” ungkapnya.
Maka, pada tanggal 20 Agustus 2023 yang lalu, Ketua Harian DPP PJBN Hj. Ratu Ageng Rekawati berkunjung ke kediaman Keluarga Besar H. Gojali Buntung di Cibaru , meninjau langsung kondisi monumen tugu bersejarah, yang kini dalam keadaan terbengkalai.
“Miris, sedih dan prihatin dengan kondisinya, tapi In syaa Allah saya untuk merenovasi dan memperindah dan mengambil alih rawat monumen, semata-mata untuk mengenang dan menghargai perjuangan para pahlawan,” ucapnya.
Senada dikatakan Panglima Komando DPP PJBN Rd. Arya Banda Yudha begitu melihat kondisi monumen yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, jarang mendapat perawatan.
Sebagai warga yang tinggal di sekitar tugu pun merasa prihatin karena monumen tersebut jarang mendapat perawatan. Ia bersyukur keluarga memasrahkan tunggu perjuangan itu di tangan yang tepat , yaitu tokoh ulama Kharismatik Banten Abah KH. Sangadiah dan Putrinya Ratu Ageng Rekawati yang dikenal humanis , santun, terkait yang bisa ikut mengurus monumen itu sebagai penghormatan bagi pahlawan di Pandeglang yang telah berjasa mengusir penjajah,” pungkas Panglima Komando DPP PJBN.