Joki dan Preman Kocar-Kacir! Muspika Ciawi Sapu Bersih Jalur Alternatif Puncak

Wapenja.com/Bogor – Upaya menciptakan rasa aman bagi masyarakat terus digencarkan aparat gabungan di Kecamatan Ciawi. Pada Sabtu (15/11/2025), Polsek Ciawi bersama unsur Muspika dan Koramil Ciawi menggelar razia terpadu di jalur alternatif Ciawi–Puncak, wilayah yang kerap menjadi sorotan akibat maraknya praktik pungutan liar dan jasa joki jalanan.

Operasi yang dipimpin Kapolsek Ciawi AKP Dede Lesmana Jaya, SH., MH bersama Plt. Camat Ciawi Deni Koswara, MM serta jajaran Koramil, menyisir sejumlah titik rawan yang selama ini dikeluhkan pengguna jalan. Razia dilakukan dengan pola patroli gabungan, pemeriksaan lapangan, hingga penindakan langsung terhadap pelaku yang terbukti melakukan pelanggaran.

Baca Juga  Kericuhan dan Aksi Anarkis Demonstran di DPRD Jawa Barat, KDM Datang Namun di Tolak Pendemo

Hasil Operasi

  • 1 orang joki diamankan karena kedapatan menawarkan jasa secara ilegal.
  • 3 juru parkir liar ditangkap atas dugaan pungli terhadap pengendara.
  • Puluhan joki lain memilih melarikan diri begitu melihat kehadiran petugas.

Meski sempat terjadi aksi kabur, situasi tetap terkendali. Aparat memastikan kegiatan berlangsung aman tanpa menimbulkan kericuhan.

AKP Dede menegaskan bahwa razia semacam ini bukan hanya tindakan sesaat, melainkan bagian dari strategi berkelanjutan untuk menekan praktik premanisme di kawasan wisata.

“Kami ingin masyarakat merasa nyaman melintas. Tidak boleh ada lagi pungli atau joki yang merugikan pengguna jalan. Laporkan segera jika menemukan hal serupa,” ujarnya.

Plt. Camat Ciawi, Deni Koswara, menambahkan bahwa penertiban ini merupakan bentuk komitmen Muspika dalam menjaga ketertiban umum.

Baca Juga  SMAN 10 Garut Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan Kesederhanaan

“Sinergi antarinstansi menjadi kunci. Kami tidak ingin jalur alternatif yang seharusnya membantu kelancaran lalu lintas justru menjadi ladang pungli,” tegasnya.

Razia ini menunjukkan bahwa penegakan hukum di tingkat lokal bisa efektif bila dilakukan secara terpadu. Namun, tantangan terbesar tetap pada konsistensi pengawasan. Tanpa keberlanjutan, praktik joki dan pungli berpotensi kembali muncul, terutama di jalur wisata yang ramai.