Capaian Kemendikdasmen 2025: Infrastruktur, Digitalisasi, dan Dukungan untuk Tenaga Pendidik

Mendikdasmen Tinjau Ujicoba Makan Bergizi Gratis di Sekolah Yogyakarta (dok. Kemendikbuddasmen).

Wapenja.com – Berikut adalah sorotan mendalam dari satu tahun capaian Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, yang disampaikan dalam Taklimat Media pada 24 Oktober 2025. Capaian ini mencerminkan arah baru dalam kebijakan pendidikan nasional, dengan fokus pada revitalisasi infrastruktur, digitalisasi pembelajaran, dan peningkatan kesejahteraan guru.

Revitalisasi Satuan Pendidikan: Infrastruktur sebagai Fondasi Reformasi

  • Lonjakan capaian: Dari target awal 10.440 satuan pendidikan, Kemendikdasmen berhasil menjangkau 16.140 satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Ini mencakup sekolah dasar, menengah, dan pendidikan khusus, menunjukkan ekspansi yang agresif dan ambisius.
  • Dampak ekonomi lokal: Program ini menyerap lebih dari 350 ribu tenaga kerja melalui sistem swakelola. Alih-alih menggunakan kontraktor besar, pendekatan ini memberdayakan komunitas lokal, memperkuat ekonomi daerah, dan menciptakan rasa kepemilikan terhadap sekolah.
  • Pembangunan fisik: Renovasi ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan fasilitas sanitasi dilakukan secara menyeluruh. Namun, pertanyaan kritis muncul: apakah revitalisasi fisik ini diiringi dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan manajemen sekolah?
  • Anggaran besar: Rp16,9 triliun digelontorkan, menjadikan program ini salah satu investasi pendidikan terbesar dalam sejarah Kemendikdasmen. Transparansi dan efektivitas penggunaan anggaran menjadi sorotan penting bagi publik dan media.

Digitalisasi Pembelajaran: Menjawab Tantangan Zaman

  • Platform Rumah Pendidikan: Platform ini dirancang sebagai ekosistem digital yang menyatukan konten pembelajaran, pelatihan guru, dan manajemen sekolah. Namun, efektivitasnya masih perlu diuji, terutama di daerah dengan keterbatasan akses internet.
  • Distribusi Interactive Flat Panel (IFP): Ribuan IFP telah menggantikan papan tulis konvensional. Ini adalah lompatan teknologi, tapi apakah guru sudah siap secara pedagogis dan teknis untuk memanfaatkannya secara maksimal?
  • Kesenjangan digital: Daerah 3T tetap menjadi tantangan besar. Tanpa strategi konektivitas dan pelatihan digital yang menyeluruh, digitalisasi bisa menjadi proyek elitis yang hanya dinikmati segelintir sekolah unggulan.

Tunjangan dan Beasiswa Guru

  • Beasiswa peningkatan kualifikasi: 12.500 guru menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 dan D4. Ini adalah langkah penting untuk meningkatkan kompetensi, terutama bagi guru honorer yang selama ini terpinggirkan.
  • Tunjangan sertifikasi guru non-ASN: Rp2 juta per bulan diberikan kepada guru non-ASN yang telah tersertifikasi. Ini adalah pengakuan atas profesionalisme mereka, tetapi juga membuka diskusi tentang kesenjangan antara ASN dan non-ASN.
  • Rencana 2026: Pemerintah berencana menambah 150 ribu beasiswa dan menaikkan tunjangan honorer sebesar Rp100.000. Apakah ini cukup untuk menahan eksodus guru dari profesi yang semakin menantang secara sosial dan ekonomi?

Abdul Mu’ti menyebut tahun pertama ini sebagai “landasan” untuk bekerja lebih baik, memperbaiki yang kurang, dan menyempurnakan yang sudah berjalan. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Kemendikdasmen menegaskan arah kebijakan yang inklusif, berbasis mutu, dan berkeadilan. Namun, tantangan besar tetap membayangi: reformasi kurikulum, tata kelola guru, dan pemerataan akses pendidikan bermutu.

Baca Juga  *Pj.Bupati Bogor Menerima Peserta Didik Sespimti Polri Di Wilayah kabupaten Bogor*