Wapenja.com – Kasus malnutrisi di Jalur Gaza telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, menyebabkan peningkatan angka kematian, terutama di kalangan anak-anak.
Laporan dari berbagai sumber, termasuk WHO dan Kementerian Kesehatan Gaza, menunjukkan peningkatan drastis jumlah kematian akibat malnutrisi sejak Oktober 2023, ketika konflik antara Israel dan Hamas dimulai .
Blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel ke Gaza sejak Maret 2025 merupakan faktor utama penyebab krisis malnutrisi ini.
Pembatasan akses terhadap makanan, obat-obatan, dan bahan bakar telah menyebabkan kekurangan pangan yang parah dan membatasi akses terhadap perawatan kesehatan yang memadai.
Kondisi ini diperparah oleh kerusakan infrastruktur akibat konflik, yang mempersulit distribusi bantuan .
Ribuan anak-anak di Gaza menderita malnutrisi akut, dengan angka kematian yang terus meningkat setiap harinya. Laporan menyebutkan puluhan, bahkan ratusan anak-anak telah meninggal dunia karena kelaparan dan malnutrisi dalam beberapa pekan terakhir.
Bayi dan anak-anak balita merupakan kelompok yang paling rentan, karena sistem kekebalan tubuh mereka yang lemah dan kebutuhan nutrisi yang tinggi. Selain itu, orang dewasa yang sudah memiliki kondisi kesehatan yang buruk juga sangat rentan terhadap dampak malnutrisi .
Organisasi internasional seperti WHO dan UNICEF telah memperingatkan tentang keparahan krisis ini dan menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengambil tindakan segera untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, akses bantuan masih terhambat oleh blokade dan konflik yang berkelanjutan.
Krisis malnutrisi di Gaza merupakan tragedi kemanusiaan yang mengerikan, yang diakibatkan oleh kombinasi faktor konflik dan blokade. Angka kematian yang terus meningkat menunjukkan urgensi untuk mengakhiri blokade dan memberikan akses bantuan kemanusiaan yang memadai kepada penduduk Gaza.***