Demak, Sabtu, 11 Oktober 2025, keluarga Besar Pesantren Putri Sasana Kreatif Mandiri Sambilegi yeng terdiri dari santri, keluarga santri, pengajar dan pengurus berziarah ke makam tengah laut di Sayung Demak.
Kegiatan ziarah tersebut merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka Haul ke-V Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Sasana Kreatif Mandiri Sambilegi, setelah sebelumnya menggelar “Seminar Bisnis Digital Untuk Para Santri” pada 27 September 2025 lalu.
Makam Syekh Mudzakir seorang pendakwah, waliyullah hadza zaman yang berdakwah dengan caranya dan letak makamnya yang unik.
Syekh Abdullah Mudzakir yang biasa disapa Mbah Mudzakir, lahir pada tahun 1869 di Dusun Jago, Desa Wringinjajar, Mranggen, Demak.
Ayahnya adalah seorang kyai yang menyebarkan ajaran Islam di kawasan Pantai Sayung. Mbah Mudzakir adalah murid Mbah Soleh yang dimakamkan di Darat Semarang.
Sejak menikah, KH Mudzakir bertempat tinggal di Tambaksari, Bedono, Demak. Ia memiliki empat istri: Nyai Latifah, Nyai Asmanah, Nyai Murni, dan Nyai Imronah.
Dari pernikahan itu, beliau dikaruniai 18 anak. Sehari-hari, beliau bekerja sebagai petani tambak sambil mengajar ilmu agama.
Banyak gus-gus yang nyantri kepadanya, dan setelah lulus mereka mendirikan pesantren yang banyak tersebar di sekitar Demak.
Mbah Mudzakir adalah pejuang melawan penjajahan Belanda. Ilmu kanuragan dan kadigjayan dikuasainya termasuk kebal terhadap segala macam senjata.
Beliau juga ahli pengobatan, dan atas kuasa Allah SWT banyak menyembuhkan orang sakit tanpa meminta bayaran.
Nama Mbah Mudzakir harum di kalangan masyarakat atas perjuangan dan keikhlasannya.
Makam Syekh Mudzakir terletak di tengah laut, 700 meter lepas Pantai Sayung, Dusun Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Awalnya, tempat ini adalah daratan biasa, bagian dari pemakaman umum desa. Namun, sejak tahun 1997, abrasi dan banjir rob mulai menggerus tanah di sekitarnya. Sawah berubah menjadi tambak, lalu tambak pun hilang ditelan laut.
Anehnya, makam Syekh Mudzakir tetap utuh. Luasnya sekitar 30 meter persegi, dikelilingi air laut, tapi makam itu sendiri tidak pernah tersentuh air laut. Bahkan makam keluarganya juga aman. Ini yang membuatnya disebut makam terapung.
Dari pantai, harus menyeberangi laut sejauh 700 meteran dengan perahu untuk mencapai sana. Para santri sangat bahagia mengunjungi tempat ini. Selain bahagia bisa bertemu seorang ali, juga senang melihat pemandangan laut dengan panoramanya yang khas.
Beliau wafat pada tahun 1950 di usia 81 tahun. Bila ingin berziarah ke makam Syekh Mudzakir, kini pemerintah daerah sudah menyediakan lokasi parkir di bibir pantai, lalu jalan kaki atau naik ojek ke penyebrangan. Lalu naik perahu kecil dengan jumlah penumpang maksimal 8 orang, dengan ongkas 15.000 per kepala. Biaya masuk makam gratis.
Para santri tiba di lokasi sekitar jam 10.00 pagi hari sehingga cuaca sangat cerah. Ziarah kemudian dilanjutkan ke Museum Demak Bintoro, Masjid Agung Demak, Ziarah Makam Raja-raja Demak, kemudian menuju Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak dan terkahir ke Sunan Kudus di belakang Masjid Menara Kudus.
Turut membersamai ziarah tersebut Kepala Pondok Kyai Hariwijaya, S.S.,M.Si. beserta Ibu Nyai dan Ketua Yayasan Sasana Kreatif Mandiri Ir.Sutanto Purwanugraha beserta Istri.
Dihubungi terpisah, Ketua Dewan Pembina Yayasan Panti Yatim Kreatif Mandiri Dr.(HC) KRT.Budi Ariyanto Surantono menyatakan rasa syukurnya atas kelancaran ziarah dan rangkaian acara Milad lainnya.
“Semoga Seluruh rangkaian acara Milad ke-V Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Sasana Kreatif Mandiri Berjalan Lancar, Berkah dan Membawa Manfaat Bagi Santri, Pengurus, Pengasuh dan juga Institusinya”, ungkap pria yang akrab dipanggil Ayah Ariyo ini (*)