Wapenja.com – Dalam rangka meningkatkan sumber daya guru, SMAN 11 Bandung menyelenggarakan Workshop Penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka, pada Rabu 13 September 2023. Acara ini diikuti oleh Kepala Sekolah Drs. H. Suparman. M.M.Pd, Wakil Kepala Sekolah dan seluruh guru SMAN 11 Bandung. Pada Workshop ini dihadiri secara langsung oleh Kepala Dinas Penidikan (Kadisdik) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Drs. Wahyu Mijaya, S.H., M.Si., yang bertempat di aula SMAN 11 Bandung.
Selain itu, workshop ini juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk berkolaborasi dan berdiskusi dengan sesama guru dalam menghadapi tantangan praktis dalam penyusunan perangkat pembelajaran Kurikulum Merdeka. Dalam suasana yang kolaboratif dan mendukung, peserta workshop berbagi ide, pengalaman, dan saran yang dapat saling memperkaya.
Dalam Sambutannya Wahyu Mijaya menjelaskan mengenai penerapan Kurikulum Merdeka berdasarkan arahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Kurikulum Merdeka ini, menghilangkan sistem penjurusan pada SMA, sehingga siswa dapat memilih mata pelajaran sesuai minatnya.
Dalam penerapannya sendiri, kata wahyu, ada beberapa pilihan yang dapat dipilih oleh masing-masing satuan pendidikan.
“Jadi bisa Mandiri Belajar, artinya menerapkan kurikulum merdeka beberapa bagian dan prinsip kurikulum merdeka, tapi tidak tidak mengganti kurikulum pendidikan yang sedang diterapkan,”katanya.
Satuan pendidikan juga dapat memilih mandiri berubah. Artinya, mereka diberikan keleluasaan untuk menerapkan kurikulum merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan.
“Atau bisa juga satuan pendidikan memilih Mandiri berbagi, ada keleluasaan menerangkan kurikulum merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar yang ada di satuan pendidikan,” ucapnya.
Jadi, kata dia, pilihan-pilihan itu diberikan kepada satuan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi dimasing-masing satuan pendidikan.
Sementara untuk siswa kelas 11 dan 12 yang belum sepenuhnya melakukan kurikulum merdeka, kata dia, tetap diberikan kebebasan dalam proses belajarnya.
“Untuk yang kelas 12 itu masih proses penyesuaian waktu itu. Secara prinsip kebebasan belajarnya tetap diterapkan di sekolah, hanya kurikulumnya yang masih menggunakan itu (kurikulum 2013),” ucapnya.
Wahyu Mijaya mengakui belum semua sekolah SMA di Jabar yang menerapkan kurikulum merdeka. Sebab, terdapat beberapa perbedaan di masing-masing satuan pendidikan.
“Kalau persentasenya harus lihat data lebih rinci, tapi secara prinsip kita menggunakan kurikulum merdeka dengan penyesuaian yang ada di satuan pendidikan,” katanya.
“Sekolah-sekolah yang di Kota itu ada berbeda kondisi dengan sekolah di daerah, itu perlu penyesuaian baik dari jumlah tenaga pendidiknya, kemudian terhadap alat peraga dan berbagai hal,” tambahnya.
Pihaknya pun hingga saat ini terus menyosialisasikan kepada setiap satuan pendidikan untuk menerapkan kurikulum merdeka.
“Prinsip kurikulum merdeka nya itu diterapkan, tetapi satuan pendidikan bisa menyesuaikan dengan kondisi dai masing-masing sekolah. Kita dari pusat dan kita pun melakukan sosialisasi tersebut, jadi satuan pendidikan memahami situasi dan kondisinya,” ucapnya.