Wapenja.com/Ciamis – Langit kelabu dan hujan rintik tak menyurutkan semangat ratusan pelajar dan warga yang memadati Situs Ciungwanara, Karangkamulyan, Kabupaten Ciamis. Mereka hadir untuk memperingati Milangkala ke-16 Gong Perdamaian Dunia, Selasa (09/09), sebuah simbol perdamaian yang telah berdiri megah sejak 2009.
Acara dimulai dengan kirab budaya yang diikuti anak-anak berpakaian adat, membawa bendera merah putih. Suasana khidmat terasa saat lantunan ayat suci Al-Qur’an dan Rajah Pasundan mengiringi pembukaan. Tarian Ciungwanara pun ditampilkan, menghadirkan kembali mitologi Galuh yang sarat nilai kebijaksanaan dan keadilan.
Tokoh-tokoh penting turut hadir, termasuk Bupati Ciamis Herdiat Sunarya dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Benny Bachtiar. Dalam sambutannya, Herdiat menekankan bahwa Gong Perdamaian bukan sekadar benda budaya, melainkan pengingat akan sepuluh perjanjian damai Galuh yang diwariskan sejak abad ke-8.
Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan, penggagas Gong Perdamaian, menjelaskan bahwa nilai-nilai damai telah tertanam dalam budaya Sunda sejak masa Prabu Tarusbawa. Gong berdiameter 3,33 meter ini kini menjadi bagian dari jaringan Gong Perdamaian Dunia yang tersebar di berbagai negara.
Dengan tema “Perdamaian Menyatukan Hati”, Milangkala tahun ini menjadi momentum refleksi bagi masyarakat untuk menjaga harmoni, menghargai keberagaman, dan menolak kekerasan. Bupati Herdiat bahkan berencana membangun prasasti sepuluh perjanjian damai Galuh agar generasi muda tak melupakan warisan luhur tersebut.












