Wapenja.com/Kab.Garut – Korwil Pendidikan Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, mengadakan acara kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu, dalam rangka mensukseskan kegiatan Revitalisasi bahasa daerah sebagai bagian utama dari program merdeka belajar, para siswa-siswi yang terpilih mewakili tiap SDN sangat bangga dan gembira mengikuti acara perlombaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) ini. Senin, (25/10).
Festival Tunas Bahasa Ibu merupakan media apresiasi kepada peserta didik yang dilakukan secara berjenjang mulai dari sekolah atau komunitas belajar di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi, selain itu Festival Tunas Bahasa Ibu juga di laksanakan sebagai upaya untuk mewujudkan toleransi kebhinekaan di indonesia.
Sukmajaya, S.Pd., yang sebagai salah satu panitia FTBI mengatakan “alhamdulilah semua peserta perwakilan dari tiap-tiap SDN sekecamatan Sukawening hadir semua, dan pesertanya semua berjumlah 200 peserta siswa siswi” Ujar Sukmajaya.
Sukmajaya juga mengatakan, acara kegiatan FTBI ini menampilkan berbagai perlombaan seperti, ngadongeng, biantara, maca sajak, nembang(pupuh), maca jeng nulis aksara Sunda, ngarang carita pondok, dan ngabodor sorangan, “alhamdulillah tahun ini pelaksanaan FTBI lebih meriah di bandingkan tahun tahun sebelum nya” Ujarnya.
Sementara Korwil Pendidikan Kecamatan sukawening, Yuniarti, S.Pd., mengatakan acara perlombaan ini nantinya juara satu baik putra ataupun putri akan dikirim ke tingkat kabupaten, festival ini rencananya juga akan di selenggarakan sampai tingkat provinsi.
Yuniarti juga menambahkan, bahasa Ibu sangatlah penting di kabupaten Garut, dengan adanya acara perlombaan ini bahasa budaya Sunda ini benar-benar mendarah daging di dalam diri anak anak.
Selain itu penyelenggaraan FTBI tahun 2023 ini, diharapkan dapat meningkatkan rasa bangga terhadap bahasa dan sastra daerah, yaitu bahasa dan sastra Sunda yang sekarang mulai berkurang terutama di kalangan generasi muda, lebih jauh harapan dari penyelenggaraan FTBI ini adalah generasi muda di mulai dari Sekolah Dasar bisa menjadi penutur aktif bahasa Ibu atau bahasa daerah.
Yuniarti mengharapkan kita harus menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah dengan sukacita dan menyenangkan, serta dapat menciptakan ruang kreativitas dan kemerdekaan untuk mempertahankan keberlangsungan bahasa dan sastra daerah sebagai bahasa Ibu. Pungkasnya.(A.H)